- Cakrawala Riau
- Kampar
- "Jangan Sampai Anak-anak Merasa Dikucilkan"
Perjuangan Kelompok Tani di Dunia Pendidikan
"Jangan Sampai Anak-anak Merasa Dikucilkan"

Ketua Kelompok Tani Pematang Panjang, Fauziyati ketika memohon tanda tangan dukungan surat permohonan kepada Kepala SDN 008 Kuntu Darussalam Rubi Yanti SPd. (CR/istimewa)
Begitulah sepenggal kutipan yang disampaikan Fauziyati, Ketua Kelompok Tani saat bercerita tentang dunia pendidikan di wilayah Dusun Pematang Panjang, Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Senin (20/01/2025).
Awal mula perempuan berumur 45 tahun ini bersama teman-temannya di Kelompok Tani Pematang Panjang tergerak, karena melihat kondisi miris dan memprihatinkan menimpa anak-anak mereka yang masih usia belia. Ada sekitar 55 orang anak yang masih mengenyam pendidikan di sekolah dasar, terdiri dari berbagai tingkatan mulai dari kelas 1 hingga kelas 6.
Puluhan anak tersebut terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas jarak jauh. Hal ini dikarenakan tempat tinggal mereka di Dusun Pematang Panjang terletak jauh dari Desa Kuntu, yakni berkisar 12 Kilometer. Beberapa desa di wilayah itu juga dibatasi dua aliran sungai, yakni Sungai Siantan dan Sungai Subayang.
Maka dari itu, warga Dusun Pematang Panjang yang berjumlah lebih kurang 300 kepala keluarga (KK) melakukan swadaya membangun sekolah dengan ruang kelas ala kadarnya. Pada tanggal 9 Agustus 2018, sekolah semi permanen tersebut didirikan di sekitar kawasan kebun yang posisi agak tinggi seperti bukit. Tanpa aliran listrik, plafon atap dan jendela dari jeruji kawat. Warga bahu membahu, ada yang menyumbang tenaga, ada juga yang menyumbang bahan material.
“Begitu bangunan berdiri, sekolah dasar jarak jauh Pematang Panjang berinduk ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 003 Sungai Paku di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi. Dengan fasilitas dan sarana yang minim, murid SD jarak jauh hanya memiliki satu orang tenaga pengajar. Meski begitu, warga sangat berterima kasih kepada Ibu Guru Siti Hasanah yang gigih mengajar anak-anak,” tuturnya.
Hanya saja dalam perjalanan, sambung Fauziyati, pihak SDN 003 Sungai Paku kurang memperhatikan sekolah jarak jauh. “Hal ini membuat anak-anak merasa dikucilkan dalam menimba ilmu,” kata Fauziyati.
Melihat kondisi yang terus berulang hingga 7 tahun, Fauziyati dan teman-temannya di Kelompok Tani Pematang Panjang, mencoba agar sekolah jarak jauh dapat berinduk ke SDN 008 Kuntu Darussalam di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar.
Dapat Dukungan Positif
Bak gayung bersambut, niat Fauziyati mendapat respon positif dari Pembina Kelompok Tani Pematang Panjang, Kepala Desa Kuntu, Kepala Dusun (Kadus) Pematang Panjang, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pendidikan dan Anggota DPRD Kampar daerah pemilihan Kecamatan Kampar Kiri serta Tokoh Adat Kenegerian Kuntu.
“Kami juga disupport Ustadz Yusri SPdi MSi, yang juga seorang guru di SDN 008 Kuntu Darussalam. Saat itu pak ustadz sedang memberikan ceramah agama di Pematang Panjang. Ia melihat langsung kondisi anak-anak yang kurang mendapat perhatian dalam dunia Pendidikan,” ucap ibu empat orang anak ini.
Banyaknya dukungan terhadap perjuangan mereka, Fauziyati dan teman-teman bergerak cepat menyiapkan profil sekolah dasar jarak jauh Pemantang Panjang dengan swadaya. Para pejuang pendidikan ini bergerak cepat.
Mereka mengumpulkan tandatangan dari Anggota DPRD Habiburrahman, Kepala Desa Kuntu, Kepala SDN 008 Kuntu Darussalam, Kadus Pematang Panjang, Tokoh Masyarakat hingga Tokoh Pendidikan. Surat permohonan tersebut juga diketahui dan ditandatangani Pemangku Adat Kenegerian Kuntu.
“Alhamdulillah surat permohonan ini sudah mendapatkan tanda tangan dari para pihak. Setelah ini kami akan berjuang agar kiranya mendapat hasil yang positif dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar,” kata Fauziyati sembari mengucapkan basmallah.(bersambung)