- Cakrawala Riau
- Riau
- Ketua APHI Riau Khawatir Aksi Anarkis Berdampak Pada Iklim Investasi di Riau
Terkait Kerusuhan Berujung Pembakaran Bangunan di PT SSL, Desa Tumang, Siak
Ketua APHI Riau Khawatir Aksi Anarkis Berdampak Pada Iklim Investasi di Riau

Bangunan Pusat Pelayanan Kesehatan Kerja di PT SSL, Desa Tumang, Kabupaten Siak, tak luput dari aksi pembakaran yang dilakukan massa. (CR/ist)
PEKANBARU(CR)-Aksi massa berujung anarkis di PT Seraya Sumber Lestari (PT SSL), Desa Tumang, Kabupaten Siak, Riau, Rabu (11/6/2025) pekan lalu, masih membekas diingatan keluarga para pekerja. Tidak hanya menimbulkan kerugian besar, tetapi juga membuat kekhawatiran banyak pihak, terutama soal jaminan kenyamanan berinvestasi di Provinsi Riau.
Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Riau, Muller Tampubolon SE MM ketika diwawancarai awak media, Rabu (18/6/2025), menyampaikan keprihatinan terhadap aksi anarkis tersebut. "Kejadian penyerangan PT SSL di Siak harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Bahwa apapun alasannya tindakan anarkis tidak boleh terjadi. Apalagi meninggalkan trauma yang mendalam khususnya bagi ibu-ibu dan anak-anak," ujar Muller.
Selain itu, Muller juga mengkhawatirkan atas kejadian tersebut akan berdampak terhadap iklim investasi di Provinsi Riau, termasuk di Kabupaten Siak sendiri. Kondisi ini dapat membuat para investor ketar-ketir berinvestasi. Bukan tidak mungkin membatalkan rencana investasinya. Karena khawatir kasus serupa akan terulang kembali di masa mendatang. "Tentu ini akan sangat berpengaruh terhadap Investasi di daerah, apakah itu di Siak ataupun di Riau secara umum karena karena peristiwa ini semua mata akan tertuju ke sini," papar Muller.
Muller sendiri berharap agar seluruh pemilik lahan skala besar yang secara illegal berada dalam konsesi perusahaan dalam kawasan hutan, juga dipanggil dan diperiksa. "Jangan berlindung atas nama masyarakat. Disamping pemicu konflik, juga dipastikan (mereka) merugikan negara, karena usaha secara illegal pasti tidak ada setoran ke negara," ujar Muller lagi.
Polisi Tangkap Delapan Tersangka
Sekadar diketahui, aksi ribuan di area kantor perusahaan PT SSL pekan lalu diduga dipicu oleh isu pencaplokan lahan milik warga oleh perusahaan. Direktur Utama PT Seraya Sumber Lestari (SSL) Samuel Soengdjadi sebelumnya, mengakui kerugian atas aksi pembakaran yang dilakukan massa mencapai Rp15 Miliar. Menurutnya, kerugian material hampir mencapai 80 persen.
Adapun rinciannya adalah 3 unit roda empat, satu unit bus sekolah, 4 unit mobil dirusak, 18 unit roda dua dibakar, 1 unit klinik, 2 unit rumah terbakar, 5 kamar mess lajang terbakar, 10 mes papan terbakar, 5 kantor terbakar, 1 gudang water management terbakar dan 1 unit pos pintu masuk security terbakar.
Pasca-aksi rusuh dan anarkis tersebut Polres Siak bersama Polda Riau telah melakukan penyelidikan dan menetapkan sejumlah tersangka. "(Ada) delapan tersangka (dan) telah kami limpahkan ke Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Riau dan saat ini ditahan di Rumah Tahanan Polda Riau untuk proses hukum lebih lanjut," ujar AKBP Eka dalam keterangan resmi, Senin (16/06/2025).
Dari delapan tersangka, masing-masing memiliki peran berbeda dalam aksi anarkis tersebut. Tersangka AS (41) berperan sebagai provokator yang memancing emosi massa dan merusak kendaraan alat berat serta sepeda motor. MH (43) ditetapkan sebagai pelaku penganiayaan terhadap karyawan PT SSL. Tersangka LS (50) memukul kaca mobil minibus menggunakan jerigen, sementara S (15) dan DW (15) yang masih di bawah umur bertindak sebagai operator alat berat dalam aksi perusakan.
Sementara itu, HA (54) diduga mengorganisasi aksi dengan mengumpulkan dana dan mencatat pengeluaran. HT (48) terlibat dalam perusakan, dan SL (54) menjadi tersangka dengan peran dominan. "SL diduga kuat membakar klinik milik PT SSL, melempari kendaraan operasional, dan memprovokasi massa untuk melakukan pembakaran lanjutan," jelas Kapolres.
Termakan Isu Penggusuran Kebun dan Perkampungan
Menurut informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, aksi tersebut diduga bukanlah spontanitas. Karena sebelumnya ada surat dari PT SSL yang ditujukan kepada pemilik kebun skala luas dalam konsesi Perusahaan. Namum kuat dugaan diedarkan kepada masyarakat dengan narasi seolah-olah pihak perusahaan akan menggusur kebun dan perkampungan.
Kemudian, pada malam tanggal 10 Juni 2025 atau sehari sebelum peristiwa penyerangan terjadi, ada pertemuan di desa Tumang yang dihadiri para Tokoh Masyarakat termasuk anggota dewan. "Ini menjadi pertanyaan kenapa tidak ada informasi kepada pihak kepolisian ataupun kepada pihak terkait lainnya mengenai pertemuan dan rencana aksi? Karena ditengarai juga dihadiri kepala desa setempat," ujar sumber yang enggan disebutkan namanya.
Kemudian, satu hari pasca kejadian ada fakta bahwa salah satu kebun milik cukong yang berada dalam konsesi PT SSL yang disurati PT SSL sebelumnya dijual di salah satu marketplace media sosial. Sebagaimana diketahui para cukong yang disurati oleh PT.SSL adalah A, S dan YC. Dalam pertemuan di kantor bupati satu hari pasca kejadian, Dirut PT SSL Samuel, menjelaskan bahwa kebun yang dipulihkan dalam konsesi SSL adalah milik Chimpo seluas lebih kurang 400 ha. Kebun ini sudah dikembalikan Chimpo kepada PT SSL. "Ini dicurigai yang dinarasikan bahwa PT SSL mencabut sawit masyarakat secara arogan," ujar sumber tadi.
Anehnya lagi, dalam pertemuan di kantor Bupati tersebut tidak terlihat satupun para cukong yang disurati oleh PT SSL. Kemana mereka? Apakah masih ada cukong-cukong lain pemilik kebun skala besar dalam konsesi PT SSL Tumang? "Jangan-jangan isi kesepakatan penghentian sementara operasional dalam konsesi SSL justru menguntungkan para cukong tadi dan merasa aman keberadaan mereka yang berlindung atas nama masyarakat," ujar sumber tadi.
Siapa sebenarnya dalang dibalik peristiwa Tumang? Sampai hari ini, Polda Riau dan Polres Siak terus mengusut kasus ini dan jumlah tersangka terus bertambah. Di sisi lain, Polres Siak dan Polda Riau serta para serikat karyawan terus melakukan Trauma Healing pasca kejadian kepada para korban terutama ibu ibu dan anak anak. Sampai saat ini belum terlihat dari pemerintahan setempat melakukan upaya trauma healing yang pernah disampaikan sebelumnya oleh Bupati Siak. Karena sebagian karyawan PT SSL juga masyarakat Siak.(cr/tim)